Menghidupkan kembali radio

Di era sekarang, mayoritas orang melakukan aktivitas mendengarkan musik sudah dalam bentuk platform digital seperti apple music, spotify, youtube music, dan sebagainya. Dengan iming-iming fitur mendengarkan tanpa iklan dan sebagainya, penyedia platform digital tersebut akan ask our pocket untuk melakukan langganan atau subscribe.

Terinspirasi dari beberapa warung kopi yang terkadang menyediakan fasilitas musik dengan cara memutar salah satu produk platform musik digital tersebut, seringkali terselip iklan yang menyela ketika akan memutar lagu selanjutnya seolah-olah seperti sedang mendengarkan radio. Setelah lagu selesai, terkadang muncul iklan dan ada juga setelah lagu lanjut acara monolog ataupun dialog dari sebuah program stasiun radio. Mungkin itu juga membuat platform musik digital tersebut memberikan fitur podcast?.

A short story, sejak kecil sudah sering mendengarkan radio dan dulu, keluarga di rumah sering memutar stasiun radio Kosmonita 95.4 FM sebagai teman tidur di kamar. Pada waktu itu juga sempat di belikan ibu sebuah perangkat radio dengan merek Tens Tsr-820 (foto kondisi sehat ada di bawah). Bahkan ketika merantau menjadi mahasiswa di jogja, tak lupa membawa radio tersebut dan duduk di atas meja kamar kos. Bahkan beberapa tahun belakangan, ketika bosan dengan platform musik tersebut, terkadang streaming radio secara online lewat aplikasi VLC . Untuk sisi teknis setup-nya, mungkin akan dibahas di postingan selanjutnya.

Kondisi sekarang

Dari inspirasi dan pengalaman tersebut, muncul ide untuk menghidupkan kembali perangkat radio tersebut, meskipun dengan kondisinya yang sudah berdebu dan nggak pernah dihidupkan, alhasil malah membuat radionya rusak.

Demi memperjuangkan kehidupan perangkat radio usang itu, reflek langsung membuka mbah Google dan anaknya si Google Maps buat mencari informasi tempat servis/bengkel elektronik. Hasilnya, tak jauh dari rumah hanya sekitar 1 kilometer ada tempat servis-an alat-alat elektronik.

“Wah iki kemungkinan saklar on/off e mas”. Ucap dari pak tukang servis elektronik, lanjut beliau juga memberikan estimasi besok siang sudah bisa di ambil. Esoknya, dengan ongkos Rp. 30.000, perangkat radio tersebut sudah bisa menyala dan digunakan kembali.

Bekas bongkar saklar on/off

Setelah membawa pulang perangkat radio di atas, lanjut langsung nge-burn audio dari radio tersebut selama 1 hari penuh, biar kaya orang-orang grup audio kere-hore. Hasilnya semua fungsionalitas perangkat radio ini berjalan semua, mulai dari kenop on/off, kenop tuner frekuensi, dan switch AM/FM.

Penutup

Kondisi sehat

Oke sebagai penutup, At least repurpose the old radio player device atau orang-orang banyak menyebutnya low technology. Selain itu, mungkin sekarang jarang orang mendengarkan radio apalagi dengan mendengarkan nya secara langsung lewat perangkat analog di tengah banyaknya platform musik digital yang beredar.

Dan entah mengapa suara serak-serak/noise khas radio dengan iklannya lebih “enak” terdengar di telinga dan sebagai bentuk support stasiun-stasiun radio lokal di daerah. Ya walaupun sampai tulisan ini di tulis, masih berlangganan dengan salah satu platform karena kebutuhan fitur aksesibilitas dan portabilitas nya 🤷‍♂️🤷‍♂️.